Hard Skill Vs Soft Skill Menulis

Hard Skill Vs Soft Skill Menulis

Menurut Jonru, penulis buku Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat, pada dasarnya, kemampuan (skill) menulis dibagi menjadi 2. Yaitu hard skill dan soft skill. Untuk lebih lengkapnya, mari kita bahas satu per satu. Hard skill meliputi:

1. Bakat menulis. Bakat adalah kelebihan atau keunggulan yang melekat kepada diri kita dan menjadi pembeda dengan yang lainnya. Bakat menulis adalah utuh sebagai warisan orangtua.
2. Keahlian menulis. Kemampuan ini terlahir dari proses berlatih secara konsisten dan berkelanjutan.
3. Pengetahuan seputar tata bahasa, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan teori penulisan.
4. Jam terbang dalam menulis. Semakin sering Anda berlatih menulis, semakin terasah kemampuan menulis Anda.

Sedangkan soft skill meliputi:
1. Komitmen dan tekad untuk produktif menulis.
2. Motivasi untuk menjadi penulis hebat.
3. Kerja keras untuk mewujudkan impian sebagai penulis sukses.
4. Rasa tanggungjawab sebagai penulis.

Yang lebih penting yang mana? Dua-duanya sama-sama penting dan berperan dalam aktivitas ngeblog Anda. Namun satu fakta yang unik adalah, hard skill relative bisa dipelajari melalui pelatihan formal sedangkan soft skill lebih mengacu kepada karakter individu masing-masing blogger.

Karena itu, meningkatkan dan menjaga kestabilan soft skill bisa dibilang pekerjaan yang tidak mudah dan menuntut proses berkelanjutan dari waktu ke waktu. Dalam perjalanannya, selalu ada hambatan-hambatan yang menghadang.

Jonru menyebutnya sebagai racun dunia penulisan. Apa saja racun tersebut? Ini dia…

1. Saya tak mungkin bisa.
Ini adalah penyakit kronis yang mendesak dibumihanguskan dari wilayah otak Anda. Sekali Anda terjangkit, maka diperlukan usaha ekstra agar kembali ke jalur waras. Solusinya? Coba baca kisah orang-orang sukses yang berasal dari latar belakang tidak menyenangkan. Jika mereka bisa sukses dengan keterbatasan yang ada, kenapa Anda tidak?

2. Bagaimana kalau…
Kegagalan seringkali datang kepada orang yang tidak berani mengambil resiko. Bukannya saya mengajarkan judi lho, karena judi jelas-jelas dilarang Bang Haji. Bila dibekali wawasan yang teoat guna, resiko sebanding dengan tingkat value yang didapat. High risk, high return!

3. Terlalu banyak mikir.
Salah satu produk pendidikan formal adalah para pemikir yang berkompeten di bidangnya. Namun untuk urusan ngeblog, mikirnya jangan terlalu lama. Terlalu banyak pertimbangan akan menyeret Anda ke dalam situasi tidak focus dan cenderung melebar kemana-mana. Idealnya, tuangkan pikiran Anda begitu ide itu melintas di jalur pemikiran.

4. Takut salah.
Kalau tidak mau salah, jangan jadi manusia. Mending jadi malaikat saja. Itulah kalimat singkatnya. Dari kesalahan-kesalahan posting artikel, kita jadi lebih cerdas dan terasah menganalisa kesalahan untuk perbaikan ke depan. Justru mereka yang tidak pernah salah adalah yang merugi karena sudah pasti belum pernah melakukan perbuatan nyata.

5. Wajar, dia kan…
Saat melihat putra mantan presiden berhasil menjadi presiden berikutnya, terbayang dalam pikiran Anda bahwa itu wajar saja, dia kan putra presiden. Tapi coba Anda tengok riwayat tukang becak yang berhasil menulis buku best seller. Apakah Anda masih bisa menggunakan alasan ini?

6. Nanti saja setelah…
Sikap menunda-nunda adalah musuh terbesar dalam manajemen waktu. Anda tidak tahu apakah masih ada kesempatan lebih banyak lagi setelah ini. Atau yang lebih ekstrim lagi, apakah ada jaminan bahwa besok pagi Anda masih bisa terbangun di pagi hari dalam keadaan bernyawa?

7. Saya belum layak.
Tidak ada kualifikasi khusus supaya tulisan Anda diterima oleh penghuni blogosphere. Ngeblog itu nggak ribet kok. Tidak peduli usia ngeblog Anda baru sehari, bahkan bagi yang tidak lulus SD pun berpeluang mempunyai super blog.

8. Silau melihat hasil.
Sisi jelek blogger Indonesia adalah mudah tersepona oleh kemajuan orang lain, sementara membiarkan diri menjadi penonton bagi keberhasilan blog tetangga. Kagum boleh saja, tapi Anda juga harus memikirkan bagaimana mengelola kekaguman tersebut sebagai motivasi untuk mencapai pencapaian diri yang lebih baik.

9. Menyalahkan orang lain dan keadaan.
Hasil yang Anda terima di masa kini adalah efek perbuatan Anda di masa lalu. Menyalahkan orang lain bukanlah sikap ksatria. Karena masa depan ada di tangan Anda sendiri, bukan di tangan peramal, mentor, investor bahkan fasilatator kegiatan blogging Anda selama ini.
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment