Kalau cara lama, membuat perencanaan, baru eksekusi. Biasanya, ‘mbahnya alasan’ akan berdalih untuk melakukan penundaan. Dari alasan belum sempurna, nanti-nanti, hingga alasan ‘kucing’ sakit. Kenapa begitu? Karena tidak ada tanggal yang pasti kapan akan mulai..!
Buat target dulu, baru rencana..
Tentukan dahulu:
• Kapan Target buka usaha; tanggal, bulan, tahun.
• Dimana ancer-ancer lokasinya (jika buka outlet).
• Apa hukumannya jika tidak mulai?
• Umumkan via social media, radio atau koran.
Contoh:
Langsung dijamin pecicilan,ngebut merealisasikan target. |
Masih belum cukup..
Kebiasaan mereka yang belum punya usaha biasanya berandai dan berfikir urut.
“Iya kalau lancar, kalau gak..?”
“Jangan-jangan ketipu lagi..”
“Trus kalau kita bangkrut gimana?”
“Nanti dia ingkar janji, kita yang rugi donk..
Boleh saja berandai, tapi mbok ya jangan yang negatif saja, coba yang positif juga.
“Iya kalau macet, kalau dibayar lancar, kita bisa kelebihan duit nih..!”
“Jangan-jangan dia lebih baik dari apa yang kita harapkan.”
“Trus kalau kita kaya raya, untung miliaran perbulan, repot juga ngabisinnya.”
“Apapun yang terjadi, kita gak akan pernah rugi. Karena untung pengalaman, ketrampilan, kredibilitas..”
Kasih DP
Lepas dari hukumnya, sebenarnya hutang (bisnis) itu adalah salah satu motivasi terbesar seorang pengusaha. Dalam kondisi nyaman, kita sering terlena. Saat kita bangkrut dan meninggalkan setumpuk tagihan, baru otak kita lebih cerdas dari sebelumnya. Tentu saja ada dosisnya dan tetap menjaga kredibilitas.
Ada jalan tengah yang bisa diambil untuk membuat Anda lebih kepepet, yaitu memberi uang muka (DP) untuk sewa tempat, pembelian barang, renovasi dan lainnya. Jadi tak ada alasan lagi bagi Anda untuk mundur atau menunda. Setelah itu yang terngiang di benak adalah "Bagaimana harus bisa..?!!", bukan lagi "Bisa gak yaa..??". Jangan ‘jiper’ dulu donk. DP itu gak harus gedhe lho. 100 ribu juga DP, asal empunya mau terima aja. Berani terima tantangan DP..?
Hari ke3 Gak Harus Urut
Berfikir sistematis kadang tak baik untuk seorang calon pengusaha, serupa dengan berpikir linier. Misalnya kalau mau buka usaha harus survei pasar, membuat business plan, mencari modal dan harus tersedia semua. Itulah racunnya calon pengusaha. Itu juga alasan kenapa yang gak jagoan di sekolah, berhasil jadi
jagoan di lapangan. Karena mereka tak berfikir urut. Apa yang di depan mata bisa dikerjakan dahulu, hajar bleh.
Anda bisa mulai dari membuat kartu nama, iklan promosi di media, meski usaha Anda belum buka. Trus kalau orang mau pesan gimana? Ya kalau belum ada, tinggal bilang "Gak ada stok Pak" >> bener kan, gak bohong?!! Setidaknya Anda bertambah semangat, karena ternyata permintaannya sudah banyak, WoW..!!
C oba perhatikan toko-toko hape, biasanya terpajang banyak karduskardus hape. Emang ada stoknya? Kebanyakan gak ada. Coba aja tanya ke mereka, "Yang itu ada stoknya g ak?". Ntar mereka jawab, "Ada di gudang.." >> gudang temennya. Atau jawabnya begini, "Lagi kosong M as.." >> emang dari dulu gak pernah isi, he he he..
S aat buka usaha pertama kali, saya hanya bermodal kartu nama 'CV' saja. Kemudian keliling naik ojek ke lingkungan industri memperkenalkan diri sebagai supplier spare part mesin industri (saya juga tak punya stoknya). Setiap ditanya, "Ada barang seperti ini gak?". Saya jawab, "In syaa Allaah ada..!" >> dengan asumsi barang itu cukup pasaran (ada merek dan kode produk yang jelas) dan dibuat oleh manusia, bukan jin. Bill Gates saja 'nyeplos' DOS di depan IBM, padahal dia belum punya programmnya koq. (baca kisahnya di The Power of Kepepet)
Memang belum tentu semudah itu. Saat itu saya juga ditolak berkali-kali dahulu, sebelum saya menemukan jalan yang lain. Setelah gagal masuk lewat ‘pintu d epan’, saya masuk lewat ‘pintu samping’. Di lingkungan industri, populasi cowok sangat sedikit dan rata-rata engineer. Karena saya gagal masuk menemui bagian pembelian, saya mencoba masuk melalui engineer sebagai end user-nya.
Dimana mereka biasa berkumpul? Aha, saat makan siang di pujasera. Ciri-ciri engineer, laki-laki, pakaian agak jorok (dibanding staf kantoran), ada test pen di saku mereka. Nah, saya datangi saat mereka makan, pura-pura minta ijin 1 meja.
Setelah basa-basi, kenalan, biasanya mereka bilang, “Wah, kita perlu lho spare part seperti itu. Siang nanti datang aja, saya kenalkan ke bagian pembelian..”. Asik asik.. indahnya praktik..
Bersambung
0 comments:
Post a Comment